Baca juga : KULTUM - Lima Ujian Keimanan
Jika kita menyampaikan kuliah tujuh menit jangan lupa bersyukur kepada Allah Swt dan memujinya dengan kata yang paling baik dan dirasakan dalam hati yang dalam, ajak pendengar untuk bersungguh supaya hati tidak lalai.
“Segala
puji bagi Allah sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci
Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Dan jangan sekali-kali jangan lupa untuk menyampaikan Semoga shalawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya.Judul kita pada kali ini adalah “menepati janji”
karena setiap hari disadari atau disadari tiap hari kita tidak luput
membuat janji baik kepada Allah Swt dan janji kepada manusia. Dan jika
ini dibahas tentunya memakan waktu sangat panjang dan jika ditulis maka
seakan-akan tidak akan putus-putusnya. Waktu penyampaian kita hanya
dalam kuliah tujuh menit inilah pokok bahasan kita.
Sumpah / janji sangat melekat dalam kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan manusia lain Setiap manusia yang telah membuat janji akan akan diminta pertanggung jawaban, baik di dunia maupun diakhirat Allah Swt berfirman, “. . . . . . . dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Qs Al Israa’ : 34)
Sumpah / janji sangat melekat dalam kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan manusia lain Setiap manusia yang telah membuat janji akan akan diminta pertanggung jawaban, baik di dunia maupun diakhirat Allah Swt berfirman, “. . . . . . . dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Qs Al Israa’ : 34)
Orang
yang selalu menepati janji disebut “Al Amin”, berarti orang
tersebut mempunyai sifat setia, jujur dan terpercaya. Setia terhadap
janji merupakan dasar-dasar terpenting bagi pembentukan pribadi yang
islami. Barangsiapa yang teguh dengan janjinya, dengan pernyataan
sumpah, atau atas nama Allah, maka ia telah berjanji kepada Allah.
Pengkhianatan terhadap janji merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan yang
telah memberi amanah kepadanya.
Janji ada dua bagian. Yaitu janji terhadap Allah Swt dan janji terhadap manusia. Adapun janji terhadap Allah adalah melaksanakan syari’atnya serta segala janji yang diucapkan seorang Muslim kepada Tuhannya. Adapun janji terhadap manusia adalah segala keharusan yang mesti dipenuhi di antara manusia dalam setiap muamalah. Meskipun janji kepada manusia tetapi mengandung janji kepada Allah
Memegang jabatan adalah memikul beban yang berat untuk memenuhi janji / sumpah yang diucapkan karena beratnya jabatan tersebut Rasulullah saw mengingatkan dalam suatu hadits dari Abdurrahman bin Samurah r.a. dia berkata, Rasulullah saw bersabda,
Janji ada dua bagian. Yaitu janji terhadap Allah Swt dan janji terhadap manusia. Adapun janji terhadap Allah adalah melaksanakan syari’atnya serta segala janji yang diucapkan seorang Muslim kepada Tuhannya. Adapun janji terhadap manusia adalah segala keharusan yang mesti dipenuhi di antara manusia dalam setiap muamalah. Meskipun janji kepada manusia tetapi mengandung janji kepada Allah
Memegang jabatan adalah memikul beban yang berat untuk memenuhi janji / sumpah yang diucapkan karena beratnya jabatan tersebut Rasulullah saw mengingatkan dalam suatu hadits dari Abdurrahman bin Samurah r.a. dia berkata, Rasulullah saw bersabda,
“ Wahai Abdurrahman bin Samurah ! Janganlah Engkau
meminta jabatan (kekuasaan). Karena jika engkau diberi jabatan karena
permintaanmu, akan menjadi lebih berat (tanggung jawabmu). Jika engkau
diberi jabatan tanpa engkau pinta, engkau akan dibantu (menjadi lebih
ringan) tanggung jawabmu. Apabila engkau ingin bersumpah dengan suatu
sumpah, lihat dulu kebaikan yang dapat diperoleh, sebaiknyalah jauihlah
bersumpah, dan lakukan saja mana-mana engkau lihat lebih baik.Menepati
janji di dalam tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
merupakan suatu kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan yaitu
masyarakat yang adil, sejahtera lahir dan bathin. Setiap pejabat negara
yang telah mengucapkan sumpah / janji dengan mengatas namakan Allah
maka wajib baginya untuk menepati janji yang telah diucapkan. Point demi
point sumpah yang diucapkan dengan lantang menirukan pengambil sumpah
dengan meletakan Al Qur’an diatas kepala, dan disaksikan para hadirin
dan pasti juga disaksikan juga oleh Allah Swt.
Tampaknya upacara pengambilan sumpah begitu sederhana tetapi mempunyai dampak yang luas. Bila para pejabat negara, para pedagang, dan seluruh lapisan masyarakat memegang janji dengan sungguh-sungguh maka sudah pastilah masyarakat akan memperoleh keadilan, kemakmuran, sejahtera lahir dan bathin. Sebaliknya, jika sumpah / janji tidak dilaksanakan maka resikonya sangat besar. Jika ada tindakan, perkataan atau perilaku yang tidak selaras atau bertentangan dengan sumpah itulah yang disebut pengkhinatan. Pengkhinatan terhadap janji akan merugikan orang banyak yang akan berakibat, rakyat yang seharusnya diayomi tetapi kenyataanya didzalimi. Rakyat yang harusnya memperoleh kemakmuran tetapi yang muncul kesengsaraan. Uang negara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi. Dan berbagai berbentuk pengkhinatan, yang muaranya kehancuran masyarakat bahkan kehancuran negara.
Hal yang tampak aneh di masa kini, pengkhianatan terhadap sumpah tampaknya menjadi biasa dengan berbagai dalih dan disamar dengan berbagai tindakan kesufian. Dzikir bersama, istighosah dilapangan dengan cucuran air mata, dengan istilah keren “tobat nasional”. Tetapi ajaran Islam telah membuat garis tegas bahwa sikap inilah yang disebut munafik. Dalam suatu hadits dari Abdullah bin Umar dan Amr bin Ash ra, bahwa:
Rasulullah
saw bersabda, “ Ada empat hal, barangsiapa yang mempunyai keempatnya
maka ia adalah orang munafik murni dan barangsiapa yang memiliki
sebagian darinya maka ia memiliki bagian kemunafikan sebelum ia
meninggalkannya, Yaitu (1) apabila ia dipercaya ia berkhianat, (2) jika
ia berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia engkar, dan (4) jika ia
bermusuhan ia berbuat curang.
Begitu pentingnya
kesetiaan terhadap janji dalam pembentukan masyarakat yang islami, Islam
menjelaskan tentang apa yang bakal diterima oleh orang yang tidak setia
terhadap janjinya. Orang-orang yang menggadaikan janjinya dengan harga
murah serta lebih memilih kehidupan dunia, maka ia merugi sedangkan
yang menepati janji akan beruntung baik di dunia maupun di akhirat.
Allah Swt berfirman,
“Dan
janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu,
yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu
rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari
jalan Allah: dan bagimu azab yang besar. Dan janganlah kamu tukar
perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah),
sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada
di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.(Qs An Nahl 94-96)
Dengan
demikian jelas bahwa, pribadi Muslim yang taat itu selalu menepati
janji. Jika telah berjanji kepada manusia maka ia memegang teguh dan
setia kepada janji itu. Manakala ia melihat kerusakan dan pertentangan,
iapun dengan antusias segera memperbaiki serta mendamaikannya. Ia tak
akan menarik dari suatu kesepakatan yang pernah disepakati, terlebih
jika berkaitan dengan orang banyak.
Akhirnya harus disadari bahwa kita semua baik pembicara maupun pendengar semuanya telah mengikat janji dan itu harus ditunaikan dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab Semoga kita selalu mendapat tuntunan dari Allah, termasuk golongan yang menepati janji
Wallahu ‘alam bi shawwab.
Akhirnya harus disadari bahwa kita semua baik pembicara maupun pendengar semuanya telah mengikat janji dan itu harus ditunaikan dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab Semoga kita selalu mendapat tuntunan dari Allah, termasuk golongan yang menepati janji
Wallahu ‘alam bi shawwab.
0 Response to "Menepati Janji"
Post a Comment