Berani
kepada suami adalah bagian dari akhlak buruk. Seorang istri dianggap
shalihah, salah satunya, dilihat dari kemampuannya menghormati dan
mengfhargai suami. Berani kepada suami tidak hanya berupa" menentang
perintahnya" atau"membantah nasihat-nasihatnya". Bukan itu saja. Banyak
sekali perilaku atau sikap istri yang bisa dikategorikan berani kepada
suami.
Baca juga:RUMAH YANG DIDATANGI MALAIKAT
Pada
pembahasan ini, kita harus memahami dahulu berbagai perilaku atau
sikap yang masuk kategori berani. Tujuannya, agar sebagai seorang istri
lebih berhati-hati dalam bertindak. Sebab, banyak sekali akibat fatal
yang akan ditimbulkan jika seorang istri berani kepada suami.
Berikut adalah beberapa sikap atau tindakan seorang istri yang termasuk kategori berani kepada suami:
1. MENENTANG PERINTAH SUAMI
Tidak sedikit fakta yang membuktikan bahwa seorang istri mudah
menentang perintah suami. Penentangan itu salah satunya berupa tidak
ditunaikannya hak-hak suami. Itulah sebabnya, Rasulullah Saw. pernah
bersabda,"Tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menuanaikan hak suaminya". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Betapa banyak di antara seorang istri yang sengaja lalai
menunaikan hak-hak suami. Perintah-perintahnya ditentang, maka
bagaimana mungkin seorang istri bisa tunduk dan menunaikan hak-hak
suaminya dengan tulus.
"Seorang istri dianggap shalih salah satunya dilihat dari
kemampuannya menghormati dan menghargai suami. Berani kepada suami
tidak hanya berupa menentang perintahnya atau membantah
nasihat-nasihatnya".
2. MENGABAIKAN WEWENANG SUAMI
Tentu saja, wewenang suami harus diterima dengan lapang dada. Suami
memiliki wewenang dalam kehidupan rumah tangga. Selama wewenang itu
tidak berbenturan dengan syariat, maka seorang istri wajib
melaksanakannya. Itulah sebabnya, Rasulullah Saw. menggambarkan
seandainya seorang suami memerintahkan suatu pekerjaan berupa
memindahkan bukit merah ke bukit putih atau sebaliknya, maka tiada
pilihan bagi istrinya, selain melaksanakan perintah suami.
Di sinilah pentingnya seorang istri memahami ihwal wewenang suami yang
harus dipatuhi, bukan malah mengabaikannya. Dengan menjalankan wewenang
suami, berarti istri telah melaksanakan perintah Rasulullah Saw.
3. BERANI MENOLAK KEBUTUHAN SEKSUAL SUAMI
Tidak sedikit di antara istri yang mudah menolak ajakan seksual
suami mereka. Padahal, tidak ada halangan apa pun yang bisa dibenarkan
oleh syariat. Tetapi, kenapa berani menolaknya? Di sinilah pentingnya
memahami fungsi pernikahan pada satu sisi dan memahami tugas seorang
istri pada sisi yang lain. Pernikahan – sebagaimana diatur oleh syariat
Islam – dimaksudkan untuk memberikan jalan yang halal bagi suami dan
istri dalam melakukan hubungan seksual atau penyaluran dorongan
biologis. Namun, kenapa masih menolak ketika suami minta dilayani,
padahal tidak ada halangan apa pun? Bukankah tugas seorang istri adalah
patuh pada perintah suami selama perintah itu tidak bertentangan
dengan syariat?
Dalam konteks ini, kita bisa memahami kenapa Allah Swt. Sampai
tidak meridhai seorang istri yang sengaja menolak hubungan seks dengan
suaminya tanpa alasan yang jelas. Apalagi, hanya sekadar alasan pribadi
yang bersifat induvidualistis dan egois. Maka, yang harus dicamkan
baik-baik ialah bahwa berani menolak permintaan layanan seks suami akan
menyebabkan pintu laknat terbuka lebar.
4. ENGGAN MENEMANI SUAMI TIDUR
Menemani suami tidur adalah wujud dari kasih sayang seorang istri.
Sebaliknya, enggan menemani sang suami di atas ranjang berarti telah
berani menolak hak suami. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw.
pernah bersabda,"Bila seorang istri semalaman tidur terpisah dari ranjang suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai Subuh".
Dalam hadist yang lain, juga ditegaskan,"Apabila
seorang laki-laki memanggil istrinya ke tempat tidur, tetapi
ditolaknya hingga marahlah suaminya, maka tidurlah wanita itu dalam
laknat malaikat sampai pagi".
Dengan demikian, enggan menemani suami tidur sama halnya dengan melawan
suami, melawan wewenangnya, dan melawan perintah-perintahnya. Padahal,
sebagaimana diisyaratkan oleh sabda nabi itu, sangat fatal akibat yang
ditimbulkan bagi seorang istri yang bertindak demikian.
5. SENGAJA MEMBERATKAN BEBAN BELANJA PADA SUAMI
Bisa jadi, seorang istri yang tidak paham mengenai ajaran agama dengan
semena-mena menuntut suami memenuhi kebutuhan belanja rumah tangga.
Tidak mau tahu apakah suami memiliki penghasilan yang banyak atau
sedikit. Dan, yang terpenting bagi dirinya ialah belanja dari suami
harus banyak dan memuaskan.
Memang, tugas seorang suami ialah bertanggung jawab atas nafkah
istrinya (keluarganya). Namun, seorang istri juga harus sadar bahwa
tanggung jawab itu harus sesuai dengan kemampuan suami dalam mencukupi
nafkah istrinya. Tetapi, jika seorang istri tidak mau tahu, dalam arti
selalu menuntut belanja yang banyak, berarti tindakan ini masuk
kategori berani kepada suami. Tindakan istri seperti inilah yang tidak
disukai oleh Allah Swt.
6. ENGGAN BERSOLEK BAGI SUAMI
Bersolek itu dianjurkan oleh syariat dengan maksud agar suami merasa
senang. Seorang istri yang berhias dan berdandan, tapi bukan untuk
suaminya, tentu melanggar syariat. Terlebih, bagi seorang istri yang
jika disuruh bersolek oleh suaminya dengan tegas menolaknya. Tindakan
seperti inilah yang mengundang laknat.
7. SENGAJA MERUSAK KEHIDUPAN AGAMA SUAMI
Istri yang shalih adalah yang mendorong tumbuhnya suasana kehidupan
agamis dalam lingkungan keluarga. Itulah sebabnya, istri diperintahkan
membantu suami dalam menegakkan kehidupan beragama. Sedangkan, suami
diperintahkan membimbing istri menjalankan agamanya dengan baik.
Keduanya memang harus berjalan ideal. Tetapi, jika seorang istri tidak
mampu menciptakan suasana yang senapas dengan ajaran agama, atau bahkan
sengaja merusak iman dan akhlak agama suami, maka tindakan ini
dikategorikan sebagai tindakan munkar. Dalam posisi seperti itulah,
seorang istri dicap sebagai istri yang tidak shalihah.
8. MENGESAMPINGKAN KEPENTINGAN SUAMI
Dalam kehidupan keluarga, terciptanya keharmonisan bisa dilihat dari
peleburan kepentingan. Artinya, seluruh tindakan atau perbuatan
bermuara pada kepentingan bersama. Namun, dalam kasus seorang istri
yang mengesampingkan kepentingan suami, sudah pasti suasana kehidupan
keluarga tidak harmonis. Adapun yang terjadi patilah konflik dan
ketidakbahagiaan.
Aisyah Ra. pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,"Siapakah orang yang
mempunyai hak paling besar tehadap seorang wanita?"Sabdanya,"Suaminya".
Aisyah bertanya,"Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap
seorang lelaki." Beliau menjawab,"Ibunya".(HR. Bazar dan Hakim,
tergolong hadits hasan).
Dengan demikian, kepentingan suami dalam kehidupan rumah tangga harus
didahulukan. Tetapi, jika kepentingan tersebut sengaja diabaikan, maka
rahmat Tuhan tidak akan menyertainya.
9. BERANI KELUAR RUMAH TANPA IZIN DARI SUAMI
Betapa banyak seorang istri yang berani keluar rumah, meskipun tanpa
izin dari suami. Banyak sekali fakta yang membuktikan tentang hal itu.
Seorang istri yang keluar rumah dengan sesuka hati tanpa sepengetahuan
suami adalah wujud dari tinddakan semena-mena. Istri yang bersikap
demikian pastilah istri yang berani kepada suami.
Bukankah seorang istri adalah tanggungjawab suami, sehingga ketika
keluar rumah sebentar pun ia harus minta izin kepada suami? Inilah yang
harus dipahami. Sebab tindakan seperti itu sudah mengakar dan dianggap
biasa. Padahal, melanggar kewajiban suami sangat fatal akibatnya.
10. LARI DARI RUMAH SUAMI
Tindakan lari dari rumah suami termasuk kategori berani pada suami.
Tindakan ini sangat bertentangan dengan syariat. Dalam salah satu
haditsnya, Rasulullah Saw.pernah bersabda. "Dua
golongan yang shalatnya tidak bermanfaat bagi dirinya, yaitu hamba
yang melarikan diri dari rumah orangtuanya sampai ia pulang; dan istri
yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali". (HR.Hakim, dari Ibnu Umar).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Saw. juga menegaskan,"Apabila
wanita lari dari rumah suaminya tidak diterima shalatnya sehingga ia
kembali dan mengulurkan tangannya kepda suaminya(meminta maaf)."
11. MENERIMA TAMU LAKI-LAKI,PADAHAL SUAMI TIDAK MENYUKAINYA
Kadang kala, seorang istri menerima tamu di rumah. Dalam konteks ini,
istri harus hati-hati. sebab, jika tamunya laki-laki, dan suaminya
tidak suka atau tidak senang terhadap tamu itu, maka istri tidak boleh
menjamu tamu tersebut. Rasulullah Saw. telah menegaskan bahwa seorang
istri diwajibkan memenuhi hak-hak suaminya. Di antaranya, tidak
mempersilakan siapa pun yang tidak disenangi oleh suami untuk menjamah
tempat tidurnya. Dan, tidak mengizinkan tamu masuk bila yang
bersangkutan tidak disukai oleh suami.(HR.Ibnu Majah dan Tirmidzi,
hadits hasan shahih).
12. MEMBIARKAN DIRINYA DIJAMAH OLEH LAKI-LAKI LAIN
Hanya wanita-wanita patuh dan tidak berani kepada suami yang sanggup
menjaga kehormatan mereka. Sedangkan, wanita yang berani kepada suami,
sudah pasti berbuat sesuka hati, tidak peduli jika melanggar syariat,
dan membiarkan dirinya menjadi objek perhatian laki-laki lain. Bahkan,
membiarkan dirinya dijamah oleh laki-laki lain sehingga mengundang
nafsu.
Dalam al-Quran, disebutkan:
"…..Sebab itu, maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka)…."(QS. an-Nisaa'[4]:34).
Sudah masuk kategori berlebihan jika seseorang istri sengaja membiarkan
dirinya dijamah oleh laki-laki lain. Itulah sebabnya, Rasulullah Saw.
mengatakan dengan tegas bahwa seorang istri yang membiarkan dirinya
dijamah oleh laki-laki lain boleh diceraikan. Hal itu menunjukkan bahwa
perbuatan istri tersebut adalah durhaka terhadap suami.
13. TIDAK MERAWAT SUAMI YANG SAKIT
Seorang istri yang sanggup memenuhi hak dan kewajiban suami pasti
selalu ada saat suka maupun duka. Tetapi bagi seorang istri yang berani
menentang suami dan tindakannya selalu bertentangan dengan tuntutan
syariat. Salah satu contoh istri yang bersikap demikian ialah tidak sudi
merawat suami yang sakit.
Apapun aasannya, menolak merawat suami yang sakit adalah tindakan sewenang-wenang yang tidak disukai oleh Allah Swt.
14. BERPUASA SUNNAH TANPA IZIN SAAT SUAMI DI RUMAH
Dalam hal menjalankan ibadah, khususnya berpuasa sunnah, seorang istri
harus meminta izin kepada suami. Jika ia melakukannya tanpa
sepengetahuan suami, berarti ia berani bertindak semaunya sendiri.
Tindakan ini, pada gilirannya memicu penenentangan-penentangan terhadap
perintah suami. Rasulullah Saw.pernah bersabda, "Seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada di rumah tanpa izinnya."(HR.Bukhari dan Muslim).
15. MENCERITAKAN SELUK-BELUK FISIK WANITA LAIN DI HADAPAN SUAMI
Istri yang baik dan shalihah pastilah selalu menjaga perasaan dan mampu
mengontrol gejolak nafsu suami. Karena itu, jangan sampai ia bercerita
tentang seluk-beluk wanita lain di hadapan suami. Tindakan seperti ini
sama saja dengan melukai hati suami dan menyulut gejolak nafsu.
Rasulullah Saw.pernah bersabda,"Seorang wanita tidak boleh bergaul
dengan wanita lain, kemudian menceritakan kepada suaminya keadaan
wanita itu, sehingga suaminya seolah-olah melihat keadaan wanita
tersebut".(HR.Bukhari dan Muslim).
16. MENOLAK KEDATANGAN SUAMI UNTUK BERGILIR KEPADANYA
Bagi seorang istri yang dimadu. Ada kalanya ia menolak kedatangan suami
untuk bergilir kepadanya. Tindakan ini menunjukkan bahwa seorang istri
yang dimadu tetap mempunyai kewajiban menaati perintah suami,
menyenangkan hatinya, serta berbakti dan selalu berperilaku baik
kepadanya ketika ia datang bergilir. Inilah akhlak istri yang shalihah
sebagaimana diharapkan oleh Rasulullah Saw.
17. MENGAMBIL HARTA SUAMI TANPA SEIZINNYA
Seorang istri yang shalihah dan tidak berani kepada suaminya, pasti ia
hati-hati dengan harta suami. Ia akan mengambil harta itu jika sudah
mendapatkan izin darinya. Tetapi, seorang istri yang berani bersikap
semena-mena, pasti akan mengambil harta itu sesuka hatinya. Padahal,
tindakan seperti ini dilarang oleh agama.
Baca juga: Mukjizat Al-Qur'an dan Rasulullah SAW
BERANI KEPADA SUAMI BERARTI BERANI KEPADA ALLAH SWT. DAN RASUL-NYA
Menjadi istri yang shalihah adalah dambaan setiap orang. Istri yang
shalihah adalah simbol perangai yang baik. Allah Swt. Akan
melipatgandakan pahala baginya sehingga kelak di surga melipatgandakan
pahala baginya sehingga kelak di surga ia merasakan nikmat yang tak
terkira. Namun, menjadi istri shalihah tidak semudah membalikkan
telapak tengan. Banyak kewajiban yang mesti dijalani dengan penuh
ketulusan dan keikhlasan, salah satunya ialah berbakti kepada suami.
Berbakti kepada suami dengan sebenar-benarnya, sebagaimana diajarkan
dalam al-Qur'an dan hadits, akan mengantarkan seorang istri memiliki
martabat yang tinggi di hadapan Allah Swt. Namun sebaliknya, jika
seorang istri tidak menunaikan tugasnya dengan baik, yaitu tidak tunduk
atau patuh kepada suami, maka Allah Swt.akan memberikan balasan
setimpal kelak di akhirat. Istri yang menentang dan menyakiti hati
suami, baik dengan ucapan maupun tindakan, berarti secara tidak
langsung ia berani menentang Allah Swt. Dan Rasul-Nya.
Kenapa demikian? Sebab, perintah berbakti kepada suami itu datang dari
Allah Swt,; perintah menjauhi tindakan-tindakann yang menyakiti hati
suami itu datang dari-Nya.; perintah menunaikan hak dan kewajiban suami
itu semuanya telah disampaikan oleh Rasulullah Saw.kepada kita dengan
sangat jelas dan detail. Karen itu, barang siapa yang menyakiti hati
suaminya dan berani menentang semua perintahnya, berarti sama saja
dengan berani menentang perintah Allah Swt. Dan Rasul-Nya.
Itulah yang mesti disadari oleh seorang istri. Di tengah kehidupan yang
kian jauh dari nilai-nilai agama seperti saat ini, tentu belajar
kembali tentang cara bersikap yang baik dan tidak berani kepada suami
harus dijadikan prioritas. Jika seorang istri paham akan peran dirinya
dalam kehidupan rumah tangga (sebagaimana juga seorang suami yang harus
paham akan peran dirinya), pasti akan lebih hati-hati dalam bertindak.
Seorang istri yang paham dan menghayati ajaran agama pasti tidak akan
sewenang-wenang. Tindakannya niscaya selalu menyenangkan suaminya.
Membuat hati suaminya selalu berbunga-bunga dan tidak pernah melukai
perasaannya. Hanya istri-istri yang minim pengetahuan agamanya dan
memiliki sifat egois yang tidak santun kepada suami. Mematuhi perintah
suami dianggap membosankan. Sebaliknya, merasa senang jika bergaul
dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan dan izin dari suami.
Fakta itulah yang saat ini banyak terjadi. Jika kita mendengar istri
membangkang perintah suami, padahal perintah itu selaras dan senapas
dengan aagama, seperti lumrah karena sudah menjadi kebiasaan. Karena
itu, perlu diperhatikan baik-baik ajaran agama khususnya yang
menyangkut kewajiban seorang istri di hadapan suami. Jika masalah ini
terus diabaikan, maka tidak mustahil akan muncul sebuah zaman yang di
dalamnya seorang istri sedah tidak mempedulikan perintah-perintah
suami; tidak mustahil seorang istri sudah meremehkan hak dan kewajiban
suami yang harus dipenuhi; tentu saja pula akan muncul istri-istri yang
dengan terang-terangan berani menentang suami.
Tetapi, kita tetap berusaha sambil berdoa agar ajaran agama semakin
dihayati dan dilaksanakan dengan baik. Kita harus membangun optimisme
di dalam diri bahwa jika ada ikhtiar dan niat baik menjadi seorang
istri yang shalihah, pasti jalan itu akan terbentang luas. Saat ini,
kita dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit di mana zaman sudah
sedemikian berubah. Namun, di situlah letak perjuangan seorang istri
dalam mewujudkan harkat dan martabat yang tinggi di hadapan Allah Swt.
Yaitu, merefleksikan kembali peran sebagai seorang istri yang baik
sebagaimana termaktub dalam kitab suci al-Qur'an dan sunnah.
Tanpa mencoba merefleksikan hal itu, kita hanya akan menjadi
wanita-wanita yang rugi. Bukankah berbakti kepada suami berarti sama
saja dengan berbakti kepada Allah Swt.? Kenapa masih saja menyakiti
hati suami, padahal tindakan semacam itu menutup pintu-pintu kebaikan?
Kenapa masih berani menentang suami, padahal sikap seperti itu
menyebabkan akibat-akbat fatal yang sangat mengerikan?
0 Response to "PERILAKU-PERILAKU ISTRI YANG DIKATEGORIKAN BERANI KEPADA SUAMI "
Post a Comment